Friday, July 29, 2011

Peninggalan Jawa di Suriname

Pengalaman: Margono Susilomurti

Bulan Maret 2009, saya berkesempatan mengunjungi Kota Paramaribo, Suriname, di Amerika Selatan. Pada masa kolonial Belanda, banyak buruh dari Jawa dibawa ke sana untuk bekerja di perkebunan. Hingga kini jejak Jawa di sana masih sangat mudah dikenali. Dengan melihat sekilas saja penampilan orang-orang yang berlalu lalang, kita bisa tahu bahwa mereka masih keturunan Jawa. Jalan-jalan di sana masih banyak yang memakai kosakata Jawa. Misalnya, Tempe Weg (Jalan Tempe), Pisangrodjo Weg, Purworedjo Weg, dan lain-lain.
Warung-warung makan pun masih banyak yang menggunakan ciri kata Jawa, misalnya Warunj Rahaju, Warung Jawa, dan sebagainya. Orang Suriname juga msih banyak yang menggunakan nama-nama khas Jawa. Sekalipun sudah memakai nama-nama Belanda, mereka masih menyertakan nama Jawa sebagai nama belakang. Di sana saya punya kenalan bernama Stanley Kartodikromo, Hendriek Diprodono, Freddy Setrokarjo, Maantje Pawirotaruno, Valencia Paini Djojomunawi.
Makanan di sana pun masih mirip dengan makanan di Jawa meskipun rasanya tidak sama persis. Bumbu masak di sana juga masih mirip dengan bumbu masak di Jawa. Tapi di sana tidak ada jeruk wangi, keluwak, dan temu kunci. Di Suriname, cabai yang banyak digunakan sedikit berbeda dari cabai di Jawa. Di sana, cabai berwarna kuning, bentuknya gendut, dan pedas sekali. Namanya "nandjuma". Ini cabai khas Suriname sehingga negara ini sering disebut "nandjuma kondre". "Kondre" artinya kira-kira sama dengan "country". Jadi Suriname sering disebut "negara cabai".
Di warung-warung di sana, aya tidak mengalami kesulitan menjumpai menu nasi kuning, sambal goreng tempe, ayam goreng, sayur kacang panjang, dan urap-urapan. Yang terasa berbeda dari masakan Jawa terutama adalah harganya. Satu piring nasi kuning dengan satu potong ayam goreng dan sayur buncis dibandrol seharga 10 Dolar Suriname (sekitar Rp42.000,00). Jika nasi dicampur singkong dengan lauk yang sama, harganya menjadi 12 Dolar. Jauh lebih mahal daripada sepiring nasi di kota-kota besar di Jawa.

No comments:

Post a Comment