Tuesday, May 3, 2011

John Lennon, Sang Pahlawan Kelas Buruh (Part I)

"The working class hero is
something to be.."

Momen hari buruh 1 Mei lalu mengingatkan saya pada seorang John Lennon, yang pantas dijadikan sebagai salah satu ikon kaum buruh dan pekerja. Kutipan di atas adalah petikan dari lirik lagu "Working Class Hero" yang dirilis oleh Lennon pada tahun 1970 dalam album solonya "Plastic Ono Band", beberapa bulan setelah The Beatles resmi dibubarkan.
Sejak dilahirkan, Lennon, beserta keluarganya, memang hidup sebagai rakyat kelas menengah-bawah. John Winston Lennon, itulah nama yang diberikan orang tuanya saat Lennon dilahirkan di Liverpool, 9 Oktober 1940 dari pasangan Alfred Lennon-Julia Stanley. Pada masa kecilnya, Lennon hidup serba berkecukupan. Ayahnya adalah seorang pelaut rendahan yang sebenarnya tidak mempunyai pekerjaan tetap. Bahkan, saat Lennon dilahirkan, sang ayah tidak menemani sang ibu melahirkan bayi Lennon karena sedang berlayar untuk AL Inggris menjelang Perang Dunia II. Sementara sang ibu hanyalah seorang ibu rumah tangga.
Lennon dibesarkan dalam keluarga "broken home" karena sang ayah jarang sekali pulang bahkan untuk menemui Lennon. Tak tahan akan keadaan ini, sang ibu, Julia, akhirnya memilih untuk tinggal bersama laki-laki lain tanpa status hubungan yang jelas di sebuah flat sederhana di Liverpool. Lelaki itu bernama John Dykins, yang bekerja sebagai pelayan anggur(wine) di sebuah hotel di Liverpool. Walaupun hidup serumah tanpa status hubungan yang jelas, Julia merasa lebih senang hidup bersama Dykins, meskipun Julia sering dipukuli oleh Dykins saat mabuk alkohol dan masih berstatus istri yang legal bagi Alfred. Saat Lennon harus memilih untuk hidup bersama ibunya bersama Dykins, atau bibinya, Mimi Smith, ia, dengan berat hati, lebih memilih tinggal bersama bibinya. Namun, sang ibu tak pernah lupa berkunjung ke rumah kakaknya itu untuk menemui Lennon, sambil menanamkan bakat musik kepada Lennon dengan membelikannya banjo dan gitar pertamanya.
Sebagai musisi, lagu-lagu yang diciptakan Lennon banyak yang bertema pemberontakan namun untuk perdamaian. Sifat pemberontaknya sudah terlihat sejak SMA, dengan "partner-in-crime"nya adalah Pete Shotton. Di sekolahnya, ia sering membuat kekacauan, ia tidak menyukai banyak pelajaran di sekolah. Di kelas, ia lebih sering menggambar karikatur wajah guru yang ia tidak sukai, bukannya mengikuti pelajaran.
Namun di SMA inilah, ia bertemu dengan Paul McCartney, kemudian George Harrison yang kemudian membentuk sebuah grup band sekolahan yang bernama The Quarrymen yang merupakan embrio dari The Beatles, grup musik paling legendaris di dunia.
Karena bakatnya tersebut, maka setelah lulus SMA Lennon memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Liverpool Art College. Dimana ia bertemu dengan pacar sekaligus istri pertamanya yaitu Cynthia Powell.
Tanggal 15 Juli 1958, merupakan hari kelabu bagi Lennon, karena sang ibu tewas secara tragis di depan matanya sendiri. Sang ibu, Julia, tewas ditabrak oleh sebuah mobil polisi yang dikemudikan oleh seorang petugas yang sedang mabuk saat sedang menyebrang jalan. Sejak saat itu, rasa kebencian Lennon terhadap segala bentuk kemapanan semakin dalam, dan sifat pemberontaknya semakin tumbuh.
Tahun 1960 merupakan tonggak sejarah dalam kehidupan Lennon ketika ia dan teman-temannya resmi membentuk sebuah grup band bernama The Beatles. Tak mudah bagi mereka untuk meraih puncak kesuksesan, sebelum mereka populer, mereka harus pergi ke Hamburg, Jerman untuk menjadi band tetap sebuah klub malam di kota itu. Mereka dipaksa untuk tampil secara non-stop semalam suntuk untuk menghibur para pengunjung klub malam tersebut. Pada tahun 1961, mereka kembali ke Liverpool, kali ini untuk menjadi band pengisi tetap sebuah klub malam yang bernama The Cavern Club. Beruntung, bakat mereka ditangkap oleh Brian Epstein seorang manajer sekaligus pencari bakat. Sejak saat itu, mereka dimanajeri oleh Epstein, dan pada tanggal 1 Januari 1962 mereka berkesempatan untuk audisi di Studio Decca, London untuk meneken kontrak dengan label rekaman tersebut. Namun, penampilan mereka dalam audisi tersebut tidak maksimal, sehingga mereka ditolak untuk meneken kontrak dengan Decca. Kesempatan kedua bagi mereka datang pada Juni 1962, ketika label Parlophone bersedia untuk mengaudisi mereka di Studio Abbey Road dengan produser George Martin. Mereka pun diterima untuk meneken kontrak dengan label Parlophone, yang merupakan grup dari EMI. Pada bulan September 1962, Ringo Starr resmi bergabung bersama The Beatles untuk menggantikan posisi Pete Best sebagai penabuh drum. Best terpaksa diganti karena dirasa oleh George Martin kurang kompeten.
Setelah resmi bersama label Parlophone, mereka merilis singel pertama mereka berjudul "Love Me Do" pada Bulan Oktober 1962. Ternyata singel debut mereka cukup diterima oleh para pendengar musik di Inggris saat itu.