Thursday, August 4, 2011

INFORMASI OBAT-OBATAN : FAMOTIDINE

Famotidine







Rumus Molekul: C8H15N7O2S3
Massa molekul relatif: 337,4 g/mol
Rute: Oral, Injeksi intravena

Famotidine adalah sebuah obat antagonis pada reseptor histamin H2 yang mengurangi produksi asam lambung dan sering digunakan untuk mengobati maag, penyakit ulkus peptikum, dan penyakit refluks gastroesofageal. Di Indonesia, famotidine diproduksi di bawah merek dagang Mylanta, Promag, dan Neosanmag Fast dengan kombinasi antasida tradisional, seperti Mg(OH)2,Al(OH)3, dan CaCO3. Tidak seperti cimetidine, obat antagonis reseptor histamin H2 yang pertama diproduksi, famotidine tidak mempunyai efek pada sistem enzim sitokrom P450 dan terbukti tidak berinteraksi dengan obat-obatan lain.
Beberapa sediaan famotidine dijual secara bebas (over-the-counter) di beberapa negara. Di AS, sediaan tablet 10 mg dan 20 mg, kadang-kadang dengan kombinasi antasida tradisional, dijual secara bebas. Sediaan dengan dosis yang lebih besar membutuhkan resep dokter.
Famotidine diberikan untuk pasien pembedahan sebelum operasi untuk mencegah rasa mual pascaoperasi dan mengurangi risiko pneumonitis aspirasi. Famotidine juga diberikan untuk pasien yang mengonsumsi obat-obatan anti peradangan non-steroid (NSAID) untuk mencegah efek samping ulkus peptikum, dengan bekerja sebagai inhibitor alternatif pompa proton.
Famotidine juga pernah digunakan dengan kombinasi obat-obatan kelas antagonis reseptor histamin H1 untuk mengobati dan mencegah urtikaria setelah reaksi alergi akut. Obat ini juga diketahui dapat meringankan gejala yang diakibatkan gagal jantung kronis dengan memblok sekresi histamin.
Famotidine, sebagai antagonis reseptor H2, adalah antagonis kompetitif dari histamin pada sel parietal reseptor H2. Obat ini bekerja dengan menekan produksi asam lambung normal oleh sel-sel parietal dan produksi asam yang distimulasi oleh zat makanan. Obat ini dapat bekerja demikian lewat dua mekanisme berikut: Histamin yang dikeluarkan oleh sel-sel ECL (Enterochromaffin-like), yaitu sel-sel yang terdapat dalam mukosa lambung di bawah epitelium yang mensekresikan histamin di bawah rangsangan hormon gastrin, terhalang untuk berikatan secara normal dengan reseptornya, yaitu reseptor H2 karena mengikatnya famotidine dengan reseptor tersebut (berikatan secara kompetitif), sehingga produksi asam lambungpun menurun. Lebih jauh, zat-zat lain yang meningkatkan sekresi asam lambung (seperti hormon gastrin dan asetilkolin) juga berkurang efek kerjanya dengan "terblokirnya" reseptor H2.
Efek samping akibat penggunaan famotidine dalam pengujian klinis meliputi sakit kepala, pusing, dan sembelit atau diare.

No comments:

Post a Comment